KONSEP
DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Selengkapnya Click DISINI
MBS merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dengan pemberian
otonomi pendidikan yang luas pada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara umum. Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan
pemerataan pendidikan.[1]
Sedangkan implementasi
MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat
membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah
setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang
tumpang tindih. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta
didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan
kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya.
MBS yang ditawarkan
sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan akan memberikan wawasan
baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini penting agar
inovasi yang ditawarkan tidak sebatas konsep, tetapi benar-benar dapat
dialksanakan dengan baik.
A.
Definisi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Ø
Manajemen
Gaffar
(1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu
proses kerja sama yang sentralistik, sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Sedangkan istilah MBS (school-based management)
merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah.
Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana
sesuai dengan kebutuhannya. Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri
menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggungjawabkan
pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.[2]
Ø
Berbasis
Dalam kamus ilmiah, basis diartikan
dengan dasar, pokok, atau pangkalan.[3]
Kemudian jika kita kaitkan dengan MBS, basis adalah manajemen yang dikelola
berdasarkan kebutuhan sekolah itu sendiri. atau manajemen yang memang di
sesuaikan dengan kemampuan sekolah tersebut.
Ø
Sekolah
Sekolah adalah lembaga belajar dan
mengajar sera tempat menerima dan memberi pelajaran.[4]
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah,
guru-guru, pegawai, tata usaha, dan murid-murid.
Definisi lain menyebutkan bahwa
sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota
masyarakat dalam bidang pendidikan.
Sebenarnya sekolah disini merupakan
konsep yang luas, yang bisa mencakup semua aspek lembaga, baik lembaga formal
maupun lembaga pendidikan non formal. Jadi, bukan hanya lembaga formal saja
yang bisa dikatakan sekolah. Akan tetapi, lembaga pendidikan yang non formal juga bisa
disebut sekolah. Karena sekolah pada hakekatnya adalah tempat seseorang
menuntut ilmu. Jadi, dimanapun tempat orang itu menuntut ilmu, maka disanalah
ia bersekolah.
Ø
Manajemen
berbasis sekolah
Manajemen
berbasis sekolah adalah hasil terjemahan dari kata school based management.[5]
MBS merupakan suatu pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang Memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Otonomi tersebut diberikan karena bertujuan agar sekolah mempunyai keleluasaan
dalam mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai
dengan kebutuhan sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Pada
system MBS, sekolah tersebut dituntut untuk bisa mandiri dalam menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan
pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Jadi,
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang memberikan sebuah
penawaran kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan
memadai bagi para peserta didik.[6]
B.
Alasan dan Tujuan Diterapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS yang ditandai dengan otonomi
sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap
gejala-gejala yang muncul di masyarakat, yang mana bertujuan untuk meningkatkan
efesiensi, mutu, dan pemeratan pendidikan. Peningkatan efesiensi antara lain;
diperoleh melalui keleluasaan mengolah sumber daya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh melalui
partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibel pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem
insentif serta disensetif. Peningkatan pemerataan dapat diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan kerena pada sebagian
masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.[7]
Tujuan penerapan MBS yaitu untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas
pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru maupun tenaga
kapendidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi
sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.[8]
Dengan adanya penerapan MBS ini telah
terjadi perubahan kebutuhan siswa sebagai bekal untuk terjun kedalam masyarakat
luas di masa mendatang di banding di
masa lalu. Oleh karena itu palayanan kepada siswa, program pengajaran dan jasa
yang diberikan kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut.
Secara umum perubahan lingkungan menuntut adanya pola kebiasaan dan tingkah
laku baru oleh semua pihak.
Ada keuntungan dari adanya penerapan model MBS ini
antara lain;
a.
Secara
formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja di
sekolah.
b.
Meningkatkan
moral, moral guru harus meningkatkan karena
adanya komitmen dan tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan di
sekolah.
c.
Keputusan
yang diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini terjadi karena kostituen
sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap pengambilan keputusan.
d.
Menyesuaikan
sumber daya keuangan terhadap tujuan
instruksional yang dikembangkan di sekolah. Keputusan yang di ambil pada
tingkat sekolah yang akan lebih rasional karena mereka tahu kekuatan sendiri,
terutama kekuatan keunganan.
e.
Menstimulasi
munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan keputusan ini tidak akan
berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpi.
f.
Meningkatkan
kualitas, kuantitas, dan fleksibelitas komunikasi sekolah dalam rangka mencapai
kebutuhan sekolah. Kebersamaan dalam pemecahan masalah di sekolah telah
memperlancar alur komunikasi di antar warga sekolah.[9]
C.
Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS)
1.
Memberikan
kebebasan dan kekuasan yang besar pada
sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang di
berikan memberikan tanggug jawab penegelolaan sumber daya dan pembegian
strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat.
2.
Sekolah
dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih bekonsentrasi pada
tugas.
3.
Keleluasan
dalam mengelolah sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya
sebagai manager maupun pemimpin sekolah.
4.
Dengan
diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi,
dengan melakukan eksperimen-eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini
mendorong profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
5.
Melalui
penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah terhadap kebutuhan setempat
meningkatkan dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta
didik dan masyarakat sekolah.
6.
Prestasi
peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua,
seperti orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.[10]
D.
Ciri-ciri/ Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1.
Kewajiban
sekolah mampu transparan, demokratis, tanpa monopoli dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat, pemerintah.
2.
Kebijakan
dan perioritas pemerintah sebagai penanggung jawab pandidikan nasional berhak
memutuskan kebijakan yang menjadi parioritas nasional, (program buta huruf dan
angka, efesiensi, mutu, dan pemeritah pandidikan)
3.
Peranan,
partisipasi,orang tua dan masyarakat
4.
Peranan
profesioanalisme dan manajerial, khususnya tingkah laku guru dan kepala sekolah
5.
Pengembangan
profesi tenaga kependidikan.
Adapun karakterstik MBS bisa
diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja
organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia,
dan pengelolaan sumber daya dan administrasi[11]
KESIMPULAN
Manajemen berbasis sekolah
adalah hasil terjemahan dari kata school based management. MBS merupakan
suatu pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang Memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi tersebut
diberikan karena bertujuan agar sekolah mempunyai keleluasaan dalam mengelola
sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan kebutuhan
sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Tujuan penerapan MBS yaitu untuk meningkatkan
kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran,
kurikulum, sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kapendidikan lainnya,
dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia,
peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya,
melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
Adapun karakterstik MBS bisa diketahui antara lain
dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses
belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya
dan administrasi[12]
DAFTAR PUSTAKA
Ø Prof. Dr. Suhaesimi
arikunto dan Lia Yuliana, manajemen Pendidikan, Yogyakarta,
Aditia Media Yogyakarta. 2008.
Ø Pius A Partanto dan
M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya, Arkola,1994
Ø Yin Cheong Cheng,
School Effectiveness&School-Based Manajement: A Mechanism For Development,
Wsingthon D.C: the falmer press,1996
Ø Drs. Nur kholis,
M.M, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori,Model,Dan Aplikasi,Jakarta,PT. Garasindo.
2003.
Ø Dr. E. Mulyasa M.Pd,
manajemen berbasis sekolah, konsep, strategi, dan implementasi, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya. 2005.
[1] Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Manajemen Berbasis
Sekolah, Konsep, Strategi, Dan Implementasi, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. 2005), hlm.24.
[2]. Prof. Dr. Suhaesimi arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen
Pendidikan, Yogyakarta, (Aditia Media
Yogyakarta. 2008)
[3] Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus
Ilmiah Popular, (Surabaya, Arkola,1994), hlm.68.
[4] Yin Cheong CheJng, School
Effectiveness&School-Based Manajement: A Mechanism For Development, Wasingthon
D.C: the falmer press,1996: Hlm. 43
[5] Op.Cit. Hlm. 24
[6] Ibid. Hlm. 24
[7] Ibid, Hlm.
25
[8] Op.Cit. Hlm. 24
[9]. Drs. Nur kholis, M.M, Manajemen Berbasis
Sekolah, Teori,Model,Dan Aplikasi,Jakarta,PT.
Garasindo. 2003. hlm.26
[10]. Ibid. hlm.25
[11] . Ibid. hlm.29.
No comments:
Post a Comment